"Bahasa hidup" sederhananya adalah bahasa yang secara luas digunakan
sebagai bentuk komunikasi utama oleh kelompok tertentu dari masyarakat.
Jumlah pasti dari bahasa hidup beragam dari 6.000 sampai 7.000,
bergantung kepada presisi dari definisi seseorang tentang "bahasa", dan
terutama tentang bagaimana seseorang membedakan antara bahasa dan dialek. Pada tahun 2009, SIL ethnologue mengkatalogkan 6909 bahasa hidup manusia. Ethnologue mendirikan grup linguistik untuk mempelajari kejelasan mutual, dan makanya terkadang mengikutkan lebih banyak kategori-kategori daripada klasifikasi konservatif. Sebagai contohnya Bahasa Denmark
yang banyak ahli menganggap sebagai bahasa tunggal dengan beberapa
dialek, dikelompokkan sebagai tiga bahasa berbeda oleh Ethnologue.
Ethnologue terkadang juga dikritik karena menggunakan data kumulatif
yang dikumpulkan selama beberapa dekade, yang berarti bahwa jumlah pasti
dari penutur seringkali kedaluwarsa, dan beberapa bahasa
diklasifikasikan sebagai hidup mungkin telah menjadi punah. Menurut
Ethnologue 389 (atau hampir 6%) bahasa memiliki lebih dari sejuta
penutur. Bahasa-bahasa tersebut bersama mencatat sekitar 94% dari
populasi dunia, sebaliknya 94% dari bahasa dunia digunakan oleh 6% dari
populasi golbal. Di sebelah kanan adalah tabel dari 10 bahasa paling
banyak dituturkan didunia dengan populasi diestimasi dari Ethnologue
(perhitungan tahun 2009).
Bahasa dan dialek
Tidak ada perbedaan jelas antara sebuah bahasa dan sebuah dialek, meskpun sebuah aforisme terkenal diatribusikan pada linguis Max Weinreich bahwa "sebuah bahasa adalah sebuah dialek dengan angkatan darat dan angkatan laut".
Contohnya, perbatasan negara seringkali menimpa perbedaan linguistik
dalam menentukan apakah dua ragam linguistik adalah bahasa atau dialek. Bahasa Kanton dan Bahasa Mandarin sebagai contohnya dikelompokkan seban "dialek" dari Cina, walaupun mereka lebih berbeda satu sama lain daripada Bahasa Swedia adalah dari Bahasa Norwegia. Sebelum perang sipil Yugoslavia, Bahasa Serbia-Kroasia dianggap sebuah bahasa tunggal dengan dua dialek, tapi sekarang Bahasa Kroasia dan Bahasa Serbia
dianggap bahasa berbeda, dan menggunakan sistem tulis yang berbeda.
Dengan kata lain, perbedaannya bisa saja tergantung pada pertimbangan
politik seperti halnya pada perbedaan kultural, perbedaan sistem tulis, atau tingkat dari Kejelasan mutual.
Rumpun bahasa di Dunia
Bahasa-bahasa di dunia dapat dikelompokan menjadi rumpun bahasa
mencakup bahasa-bahasa yang dapat diperlihat memiliki leluhur yang
sama. Linguis saat ini mengenali ratusan rumpun bahasa, walau beberapa
dari mereka dapat dikelompokan menjadi unit lebih besar bila lebih
banyak bukti di dapat dan dipelajari lebih dalam. Saat sekarang ada
lusinan bahasa terisolasi -- bahasa yang tidak dapat diperlihatkan berelasi dengan bahasa lain di dunia. Di antaranya adlah Basque, dituturkan di Eropa, Zuni di New Mexico, P'urhépecha di Mexico, Ainu di Jepang, Burushaski di Pakistan dan banyak lainnya.
Rumpun bahasa di dunia yang memiliki jumlah penutur paling banyak adalah Bahasa Indo-Eropa, dituturkan oleh 46% dari populasi dunia. Rumpun ini mengikutkan bahasa utama dunia seperti Inggris, Bahasa Spanyol, Bahasa Rusia dan Bahasa Hindi/Bahasa Urdu. Rumpun bahasa Indo-Eropa mencapai pemerataan pertama selama Periode Migrasi Eurasia (400-800 AD), dan diteruskan lewat ekspansi kolonial Eropa yang membawa bahasa Indo-Eropa ke posisi dominan secara politik dan terkadang jumlah di Amerika dan sebagian Afrika. Bahasa Sino-Tibetan dituturkan oleh 21% populasi dunia dan mengikutkan banyak bahasa dari Asia Timur termasuk Cina Mandarin, Bahasa Kanton, dan ratusan bahasa-bahasa kecil.
Afrika adalah rumah bagi sejumlah besar rumpun bahasa, yang terbesar yaitu Bahasa Niger-Kongo yang mengikutkan bahasa seperti Bahasa Swahili, Bahasa Shona dan Bahasa Yoruba. Penutur dari bahasa Niger-Kongo terhitung 6,4% dari populasi dunia. Jumlah orang yang sama juga menuturkan Bahasa Afroasiatik, yang mengikutkan Bahasa Semitik seperti Bahasa Arab, Bahasa Hebrew dan bahasa-bahasa di wilayah Sahara seperti Bahasa Berber dan Bahasa Hausa.
Bahasa Austronesian dituturkan oleh 5,9% populasi dunia dan membentang dari Madagaskar sampai Asia Tenggara Laut mencapai Oseania. Ia mengikutkan beberapa bahasa seperti Bahasa Malagsy, Bahasa Maori, Bahasa Samoan, dan banyak bahasa pribumi di Indonesia dan Taiwan.
Bahasa Austronesian dianggap berasal dari Taiwan sekitar 3000 SM, dan
tersebar lewat wilayah Oseanik lewat perpindahan-pulau, berdasarkan pada
tingkat kemajuan teknologi kelautan. Rumpun bahasa padat lainnya adalah
Bahasa Dravidian dari Asia Selatan (di antaranya Bahasa Tamil dan Bahasa Telugu), Bahasa Turkic dari Asia Tengah (seperti Bahasa Turki), dan Bahasa Austro-Asiatic (di antaranya Bahasa Khmer) dan Bahasa Tai-Kadai dari Asia Tenggara (termasuk Bahasa Thai).
Area di dunia yang memiliki keberagaman linguistik tertinggi seperti Amerika, Papua-New Guinea, Afrika Barat dan Asia-Selatan memiliki raturan rumpun bahasa kecil. Di Amerika beberapa rumpun bahasa besar termasuk Bahasa Quechumaran, Bahasa Arawak, dan rumpun Bahasa Tupi-Guarani dari Amerika Selatan, Bahasa Uto-Aztecan, Bahasa Oto-Manguean, Bahasa Mayan dari Mesoamerica, dan Bahasa Na-Dene dan Bahasa Algonquian rumpun bahasa dari Amerika Utara. Di Australia, kebanyakan bahasa pribumi termasuk pada rumpun Bahasa Pama-Nyungan,
walaupun Papua-New Guinea adalah rumah bagi sejumlah besar rumpun
bahasa kecil dan terisolasi, sebagaimana juga sejumlah bahasa
Austronesian.
Kepunahan bahasa
Hampir punahnya bahasa terjadi bila sebuah bahasa berada pada resiko tidak digunakan lagi bila penuturnya meninggal atau bergeser menggunakan bahasa lain. Bahasa hilang terjadi saat bahasa tersebut tidak memiliki penutur asli, dan menjadi sebuah bahasa mati. Jika kemudian tidak ada lagi yang menuturkan bahasa tersebut, ia menjadi bahasa punah.
Walau bahasa selalu menjadi punah selama sejarah manusia, sekarang
mereka menghilang dengan laju semakin cepat dikarenakan proses-proses
dari globalisasi dan neo-kolonialisme, di mana bahasa dengan kekuatan ekonomi mendominasi bahasa lainnya.
Semakin bahasa yang secara umum dituturkan mendominasi bahasa yang
jarang dituturkan dan maka, bahasa yang jarang dituturkan nantinya akan
menghilang dari populasi. Jumlah total dari bahasa di dunia tidak
diketahui. Estimasinya beragam bergantung kepada banyak faktor.
Konsensus umum adalah sekitar 6.000 dan 7.000 bahasa yang sekarang dituturkan, dan antara 50-90% dari mereka akan menjadi punah pada tahun 2100. 20 Bahasa teratas
dituturkan oleh lebih dari 50 juta penutur masing-masingnya, dituturkan
oleh 50% populasi dunia, walaupun banyak dari bahasa-bahasa lain yang
dituturkan oleh komunitas yang lebih kecil, kebanyakan mereka kurang
dari 10.000 penutur.
United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization
bergerak dengan lima tingkat dari bahasa yang terancam punah: "aman",
"rentan" (tidak dituturkan oleh anak di luar rumah), "pasti punah"
(tidak dituturkan oleh anak), "punah parah" (hanya dituturkan oleh
generasi tua), "langka kritis" (dituturkan oleh beberapa anggota dari
generasi tua, terkadang semi-tutur). Meskipun klaim bahwa dunia akan lebih baik bila semuanya menggunakan sebuah bahasa utama lingua franca seperti bahasa Inggris atau Esperanto,
ada suatu konsensus umum bahwa hilangnya bahasa melukai keberagaman
kultural dari dunia. Adalah kepercayaan umum, merujuk kembali pada
narasi alkitab dari Menara babel bahwa keberagaman bahasa menyebabkan konflik politik,
tapi kepercayaan ini kontradiksi dengan fakta bahwa banyak
episode-episode kekerasan utama dunia terjadi di situasi dengan
keberagaman linguistik yang rendah seperti Yugoslavia dan Perang Sipil Amerika, atau genosida oleh Jerman Nazi dan Rwanda, meskipun kebanyakan unit-unit politik yang stabil telah sangat multilingual.
Banyak proyek-proyek sedang berjalan bertujuan untuk membantu mencegah atau memperlambat kehilangan tersebut dengan merevitalisasi
bahasa yang terancam penuh dan mempromosikan edukasi dan literasi
terhadap bahasa-bahasa minoritas. Di seluruh dunia banyak negara telah
memberlakukan perundang-undangan tertentu yang ditujukan untuk melindungi dan menstabilkan bahasa pribumi dari komunitas bahasa.
Minoritas linguis telah berargumen bahwa kehilangan bahasa adalah
proses alami yang seharusnya tidak dinetralisir, dan dengan
mendokumentasikan bahasa yang terancam punah demi keturunan sudah cukup.