Bila dijelaskan sebagai suatu sistem dari komunikasi simbolik, bahasa secara tradisional terdiri dari tiga bagian: isyarat, makna dan suatu kode menghubungkan isyarat dengan maknanya. Kajian dari proses semiotik, bagaimana isyarat dan makna digabungkan, digunakan dan diinterpretasikan disebut dengan semiotik.
Isyarat-isyarat dapat dibentuk dari suara, gerak, huruf-huruf atau
simbol, bergantung pada apakah bahasa tersebut diucapkan, diisyaratkan
atau ditulis, dan mereka dapat digabungkan menjadi isyarat kompleks
seperti kata-kata dan frasa. Bila digunakan dalam komunikasi suatu
isyarat disandikan dan dipindahkan oleh pengirim lewat suatu kanal
kepada penerima yang menterjemahkannya.
Beberapa properti yang membatasi bahasa manusia dengan sistem
komunikasi lainnya adalah: kesembarangan dari isyarat linguistik,
berarti bahwa tidak ada koneksi yang dapat diprediksi antara suatu
isyarat linguistik dan maknanya; dualitas dari sistem lingustik, berarti
bahwa struktur linguistik dibangun dengan menggabungkan elemen-elemen
menjadi struktur besar yang dapat dilihat sebagai lapisan-lapisan,
misalnya bagaimana suara membentuk kata dan kata membentuk frasa;
ciri-ciri dari elemen-elemen bahasa, berarti bahwa elemen-elemen
pembangun dari isyarat linguistik adalah unit-unit diskrit, misalnya
suara dan kata, yang dapat dibedakan satu dengan yang lainnya dan
disusun kembali dalam pola-pola berbeda; dan produktivitas dari sistem
linguistik, yang berarti bahwa jumlah terbatas dari elemen-elemen
lingustik dapat digabungkan secara teoritis menjadi sejumlah kombinasi
tak terbatas.
Aturan-aturan mengenai isyarat mana yang dapat digabungkan untuk membentuk kata dan frasa disebut dengan sintaks atau tata-bahasa. Makna yang terhubung pada isyarat-isyarat tertentu, morfem, kata, frasa dan teks disebut semantik. Pembagian bahasa menjadi terpisah tapi sistem yang terhubung dari
isyarat dan makna berawal dari kajian linguistik pertama dari de
Saussure dan sekarang digunakan hampir pada semua cabang dari
linguistik.
Semantik
Bahasa mengekspresikan makna dengan mengaitkan sebuah isyarat dengan
maknanya, isinya. Bentuk isyarat haruslah sesuatu yang dapat dipersepsi,
contohnya dalam suara, gambar atau gerak isyarat, dan mereka timbul
berhubungan dengan makna tertentu oleh konvensi sosial. Karena relasi
dasar dari makna bagi kebanyakan isyarat-isyarat linguistik didasarkan
pada konvensi sosial, isyarat linguistik bisa dianggap sembarang, dalam
artian bahwa konvensi tersebut terbentuk secara sosial dan sejarah,
bukan lewat relasi alami antara suatu bentuk isyarat tertentu dan
maknanya.
Makanya bahasa haruslah memiliki kosa kata isyarat yang berkaitan dengan makna tertentu -- isyarat Inggris dari "anjing" menandakan, misalnya, anggota dari jenis Canis. Dalam sebuah bahasa, susunan dari isyarat yang sembarang yang terhubung kepada makna tertentu disebut dengan lexicon, dan sebuah isyarat yang terhubung ke sebuah makna disebut dengan lexeme.
Tidak semua makna dalam sebuah bahasa direpresentasikan oleh satu kata
-- terkadang konsep semantik terkandung dalam morfologi atau sintaks
dari suatu bahasa dalam bentuk kategori tatabahasa.
Semua bahasa memiliki struktur semantik dari predikat
-- sebuah struktur yang mendasari sebuah properti, keadaan atau aksi.
Secara tradisional semantik telah dipahami sebagai kajian bagaimana
pembicara dan pendengar memberikan nilai benar
terhadap suatu pernyataan, sehingga makna dapat dipahami sebagai suatu
proses di mana sebuah predikat dapat dikatakan benar atau salah mengenai
sebuah entitas, contohnya: "[x [adalah y]]" atau "[x [maka y]]."
Baru-baru ini, model dari semantik ini telah dilengkapi dengan model
makna yang lebih dinamis yang menggabungkan pengetahuan yang sama
tentang konteks di mana sebuah tanda diinterpretasikan menjadi produksi
dari makna. Model makna seperti itu ditelaah lebih jauh dalam bidang pragmatik.
Suara dan Simbol
Bergantung kepada modalitas struktur bahasa dapat didasarkan pada
sistem suara (bicara), gestur (bahasa isyarat) atau grafik atau simbol
taktil (tulisan). Cara-cara di mana bahasa menggunakan suara atau
isyarat untuk membentuk makna dipelajari dalam fonologi. Kajian bagaimana manusia menghasilkan dan memaknakan suara vokal disebut dengan fonetik.
Dalam bahasa ucapan, makna dihasilkan bila suara menjadi bagian dari
sistem di mana beberapa suara dapat berkontribusi untuk mengekspresikan
suatu makna dan suara lainnya tidak. Dalam setiap bahasa yang ada dari
sekian banyak suara yang dapat dibuat oleh vokal manusia hanya sejumlah
suara yang berkontribusi dalam pembentukan makna.
Suara sebagai bagian dari sistem linguistik disebut dengan fonem.
Fonem adalah unit abstrak dari suara, dicirikan sebagai unit terkecil
dalam sebuah bahasa yang berfungsi untuk membedakan antara makna dari
sepasang kata secara minimal dari kata-kata berbeda, yang disebut dengan
pasangan minimum. Dalam bahasa Inggris contohnya kata /bat/ Templat:Ipa dan /pat/ Templat:Ipa
membentuk suatu pasangan minimum di mana perbedaan antara /b/ dan /p/
membedakan kedua kata yang memiliki makna yang berbeda. Tapi setiap
bahasa memperlihatkan suara dengan cara yang berbeda: contohnya dalam
suatu bahasa yang tidak membedakan antara konsonan berbunyi dan tak
berbunyi suara [p] dan [b] akan dianggap sebuah fenom tunggal dan akibat
pengucapan keduanya akan memiliki makna yang sama. Hal yang sama, pada
bahasa Inggris tidak membedakan secara fonem antara pengucapan aspirasi dan non-aspirasi dari konsonan sebagai kebanyakan bahasa lain lakukan: non-aspirasi /p/ dalam /spin// {{ipa|[[spin]}} dan aspirasi /p/ dalam /pin/ Templat:Ipa dianggap hanya sebagai cara yang berbeda dalam pengucapan fenom yang sama (variansi dari fenom tunggal disebut dengan allofon), sedangkan dalam Mandarin perbedaan dalam pengucapan memisahkan antara kata Templat:Ipa "jongkok" dan Templat:Ipa "delapan" (aksen di atas á berarti bahwa vokal diucapkan dengan nada tinggi).
Semua bahasa oral memiliki sedikitnya dua kategori fenom berbeda: harakat dan konsonan, yang dapat digabungkan menjadi suku kata.
Selain segmen seperti harakat dan konsonan, beberapa bahasa juga
menggunakan suara dengan cara berbeda untuk menyampaikan suatu makna.
Banyak bahasa, misalnya, menggunakan penekanan, aksen, durasi dan nada untuk membedakan makna. Karena fenomena seperti ini bekerja di luar tingkat dari sebuah segmen mereka disebut dengan suprasegmental. Beberapa bahasa hanya memiliki sedikit fenom, sebagai contohnya Rotokas dan Bahasa Piraha masing-masing dengan 11 dan 10 fenom, sementara bahasa seperti Taa bisa memiliki 141 fenom. Dalam bahasa isyarat persamaan dengan fenom (sebelumnya dikenal dengan chereme)
ditentukan oleh elemen-elemn dasar dari gestur seperti bentuk tangan,
orientasi, lokasi, dan gerakan, yang berhubungan dengan kebiasaan
artikulasi dalam bahasa lisan.
Aksara
merepresentasikan suara dari perkataan manusia menggunakan simbol
visual, yang bisa atau mungkin tidak berhubungan dengan suara dari
bahasa lisan. Alfabet latin (dan yang berbasis atau diturunkan darinya)
adalah berbasiskan representasi dari suatu suara, sehingga kata-kata
terbentuk dari huruf-huruf yang secara umum menandakan sebuah konsonan
atau harakat dalam struktur dari kata. Dalam naskah suku kata, seperti
naskah Inuktitut, setiap isyarat merepresentasikan seluruh suku kata. Dalam naskah logographic setiap isyarat merepresentasikan seluruh kata, dan akan secara umum tidak memiliki hubungan dengan suara dari kata dalam bahasa lisan.
Karena semua bahasa memiliki jumlah kata yang sangat banyak, tidak
ada naskah logographic yang diketahui eksis. Dalam menulis, dimensi
sementara saat suara dan kata mengalir pada bahasa lisan
direpresentasikan secara spasial dalam bentuk direksi. Tapi direksi di
mana urutan-urutan dari simbol disusun dalam menulis juga beragam,
beberapa sistem penulisan menggunakan arah horizontal (kiri ke kanan
pada naskah Latin atau kanan ke kiri pada naskah Arab),
yang lainnya seperti tulisan tradisional Cina menggunakan dimensi
vertikal (atas - bawah). Beberapa sistem penulisan menggunakan arah
berlawan untuk baris-baris alternatif, dan yang lainnya seperti naskah
Maya dapat ditulis dengan arah manapun dan menggunakan petunjuk grafis
untuk memperlihatkan pada pembaca arah dari membaca.
Untuk merepresentasikan suara dari bahasa-bahasa di dunia dalam penulisan, linguis telah mengembangkan International Phonetic Alphabet, dirancang untuk merepresentasikan semua suara yang berbeda yang telah diketahui untuk membantu pemaknaan dalam bahasa manusia.
Tata Bahasa
Tatabahasa adalah kajian bagaimana elemen-elemen makna (morfem) dalam suatu bahasa dapat digabungkan menjadi pengucapan. Morfem dapat bebas atau terikat.
Jika mereka bebas berpindah dalam pengucapan, mereka biasanya disebut
dengan kata, dan jika mereka terikat dengan kata atau morfem lainnya,
mereka disebut dengan afiks.
Bagaimana suatu elemen makna dapat digabungkan dalam suatu bahasa
dikontrol oleh aturan-aturan. Aturan-aturan untuk mendapatkan struktur
internal kata disebut dengan morfologi. Aturan-aturan dari struktur internal dari frasa dan kalimat disebut dengan sintaks.
Kategori Tatabahasa
Tatabahasa dapat diartikan sebagai sebuah sistem kategori, dan suatu
kumpulan aturan-aturan yang menentukan bagaimana kategori-kategori
digabungkan untuk membentuk aspek-aspek makna yang berbeda.
Bahasa-bahasa berbeda secara luas dalam apakah suatu kategori dikodekan
lewat penggunaan unit kategori atau leksikal. Namun, beberapa kategori
sangat umum sehingga hampir universal. Beberapa kategori universal itu
termasuk pengkodean relasi gramatikal dari peserta dan predikat secara
tatabahasa berbeda antara relasinya terhadap predikat, pengkodean dari relasi sementara dan spasial pada predikat, dan sistem dari pelaku gramatikal mengatur acuan dan perbedaan antara pembicara dan penerima dan tentang siapa yang mereka bicarakan.
Kelas-kelas kata
Bahasa mengelompokkan bagian-bagian dari pembicaraan
menjadi kelas-kelas bergantung kepada fungsi dan posisi relatif
terhadap bagian lainnya. Semua bahasa, misalnya, memiliki perbedaan
mendasar antara sekelompok kata yang secara prototipikal mengacu pada
sesuatu dan konsep dan sekelompok kata yang secara prototipikal mengacu
pada aksi dan kejadian. Kelompok pertama, yang mengikutkan kata seperti
"anjing" dan "lagu", biasanya disebut dengan kata benda. Kelompok kedua, yang mengikutkan kata seperti "lari" dan "menyanyi", disebut dengan kata kerja. Kategori umum lainnya adalah Kata sifat, kata-kata yang menjelaskan properti atau kualitas dari kata benda seperti "merah" atau "besar".
Kelas-kelas kata juga memiliki fungsi berbeda dalam tatabahasa. Kata kerja prototipikal digunakan untuk membentuk predikat, sementara kata benda digunakan sebagai argumen
dari predikat. Dalam kalimat seperti "Sally lari," predikatnya adalah
"lari," karena ia merupakan kata yang menandakan keadaan tertentu
tentang argumennya "Sally". Beberapa kata kerja seperti "sumpah" bisa
saja memerlukan dua argumen, contohnya: "Sally menyumpahi John".
Predikat yang hanya menggunakan satu argumen disebut dengan intransitif, dan predikat yang memakai dua argumen disebut dengan transitif.
Banyak kelas-kelas lain yang ada di bahasa yang berbeda, seperti konjungsi yang berguna untuk menggabungkan dua kalimat dan klausa yang memperkenalkan sebuah kata benda, interjeksi seperti "agh!" atau "wow!", atau ideofon
yang menirukan suara dari suatu kejadian. Beberapa bahasa memiliki
posisional, yang menjelaskan posisi spasial dari suatu kejadian atau
entitas. Banyak bahasa memiliki penggolongan,
yang mengidentifikasi sejumlah kata-benda yang yang termasuk pada tipe
tertentu atau memiliki suatu bentuk tertentu. Sebagai contohnya, dalam Bahasa Jepang, penggolongan umum kata benda untuk manusia adalah nin (人), dan ia digunakan untuk menghitung manusia, apapun namanya:apapun namanya:
- san-nin no gakusei (三人の学生) secara literal "3 manusia-penggolongan dari pelajar" — tiga pelajar
Sementara untuk pohon, akan berbentuk:
- san-bon no ki (三本の木) secara literal "3 penggolongan-untuk-objek dari pohon-panjang" — tiga pohon;
Morfologi
Dalam linguistik, kajian mengenai struktur internal dari kata-kata
kompleks, dan proses-proses di mana setiap kata dibentuk disebut morfologi. Pada kebanyakan bahasa, adalah memungkinkan untuk membentuk kata-kata kompleks yang dibentuk dari beberapa morfem. Sebagai contohnya kata Bahasa Inggris "unexpected" dan dianalisa sebagai gabungan dari tiga morfem "un-", "expect" dan "-ed".
Morfem dapat dikelompokkan berdasarkan apakah mereka morfem independen, yang disebut akar, atau apakah mereka dapat muncul terkait dengan morfem lainnya. Morfem yang terikat atau afiks dapat digolongkan menurut posisi mereka berkaitan dengan akarnya: prefiks lebih dulu dari akar, sufiks setelah akar dan infiks
dimasukkan di antara akar. Afiks bertujuan untuk merubah atau
mengembangkan makna dari akar. Beberapa bahasa mengganti makna dari kata
dengan merubah struktur fonologi dari kata, contohnya kata Inggris
"run" dengan kata kerja masa lampaunya adalah "ran". Proses ini disebut
dengan ablaut. Lebih lanjut, morfologi membedakan antara proses infleksi yang merubah atau mengembangkan kata, dan proses derivasi
yang membuat kata baru dari kata yang sudah ada. Dalam bahasa Inggris
kata kerja "sing" memiliki bentuk infleksi "singing" dan "sung" yang
mana keduanya merupakan kata kerja, dan bentuk derivasi "singer" yang
merupakan sebuah kata benda yang diturunkan dari kata kerja dengan
sufiks agentif "-er".
Bahasa berbeda secara luas dalam bagaimana mereka bergantung kepada
proses morfologis dari formasi kata. Dalam beberapa bahasa, sebagai
contohnya Cina, tidak ada proses morfologis dan semua informasi gramatis
disandikan secara sintaks dengan membentuk pertalian dari kata-kata
tunggal. Bentuk dari morfo-sintaks ini sering disebut isolasi,
atau analitis, karena hampir ada suatu korepondensi penuh antara sebuah
kata tunggal dan sebuah aspek tunggal dari makna. Kebanyakan bahasa
memiliki kata-kata yang terdiri dari beberapa morfem, tapi mereka
beragam dalam tingkatan di mana morfem adalah unit-unit diskrit. Pada
kebanyakan bahasa, secara terkenal dalam kebanyakan bahasa Indo-Eropa,
morfem tunggal bisa memiliki beberapa makna berbeda yang tidak dapat
dianalisis menjadi segmen-segmen kecil. Sebagai contohnya dalam bahasa
Latin kata bonus, terdiri dari kata akar bon- yang berarti "baik" dan sufiks -us yang berarti gender maskulin, jumlah tunggal dan kasus nominatif. Bahasa seperti itu disebut dengan bahasa fusional, karena beberapa makna bisa digabungkan menjadi morfem tunggal. Kebalikan dari bahasa fusional adalah bahasa aglutinatif
yang membentuk kata-kata dengan menggabungkan morfem-morfem dalam satu
rantai, tapi dengan setiap morfem sebagai suatu unit diskrit semantik.
Sebuah contoh dari bahasa seperti itu adalah Turki, dengan contoh kata evlerinizden ("dari rumah anda") terdiri dari beberapa morfem, ev-ler-iniz-den dengan arti rumah-jamak-anda-dari. Bahasa-bahasa yang bergantung kepada morfologi pada tingkat tertinggi secara tradisional disebut bahasa polisintetik. Mereka bisa mengekspresikan sebuah kalimat Bahasa Inggris secara penuh dalam satu kata tunggal. Sebagai contohnya kata Yupik tuntussuqatarniksaitengqiggtuq yang berarti "Dia (pria) belum mengatakan lagi bahwa dia akan berburu rusa kutub." Kata tersebut terdiri dari morfem-morfem tuntu-ssur-qatar-ni-ksaite-ngqiggte-uq dengan arti, rusa.kutub-berburu-besok-mengatakan-negasi-lagi-orang.ketiga.tunggal-indikatif, dan kecuali pada morfem tuntu "rusa kutub", tidak ada morfem lain yang muncul dalam isolasi.
Banyak bahasa menggunakan morfologi untuk merujuk-silang kata-kata dengan sebuah kalimat. Hal ini terkadang disebut dengan kesepakatan.
Contohnya, pada kebanyakan bahasa Indo-Eropa adjektif harus
merujuk-silang pada kata benda yang dirubahnya berkenaan dengan jumlah,
hal dan gender, sehingga adjektif Latin bonus "bagus"
diinfleksikan sepakat dengan kata benda gender maskulin dan singular.
Pada bahasa-bahasa polisintetik kata kerja merujuk-silang subjek dan
objek mereka. Dalam tipe-tipe bahasa ini, sebuah kata-kerja tunggal bisa
mengikutkan informasi yang membutuhkan sebuah kalimat dalam bahasa
Inggris. Sebagai contohnya dalam Bahasa Basque frase ikusi nauzu "anda melihat saya", kata kerja bantu masa lampau n-au-zu (mirip dengan Inggris "do") sesuai dengan subjek (anda) diekspresikan dengan prefiks n, dan dengan objek (saya) diekspresikan dengan sufiks -zu. Kalimat tersebut dapat secara langsung diterjemahkan sebagai "melihat kamu-kan-saya".
Sintaks
Cara lain di mana bahasa menyampaikan makna adalah lewat urutan dari
kata-kata dalam sebuah kalimat. Aturan-aturan tata bahasa untuk
bagaimana menghasilkan kalimat baru dari kata-kata yang telah diketahui
disebut dengan sintaks. Aturan-aturan tata-bahasa dari suatu bahasa
menentukan kenapa sebuah kalimat dalam bahasa Inggris seperti "I love you" memiliki makna tapi "*love you I" tidak
- aturan-aturan sintaks menentukan bagaimana urutan kata dan struktur kalimat dibatasi, dan bagaimana batasan tersebut memiliki kontribusi pada makna.
Contohnya dalam bahasa Inggris dua kalimat "si budak mengutuk si
tuan" dan "si tuan mengutuk si budak" memiliki makna berbeda karena
peran dari subjek tata-bahasa disandikan oleh kata benda di depan kata
kerja, dan peran dari objek disandikan oleh kata benda yang muncul
setelah kata kerja. Tapi dalam Latin keduanya Dominus servos vituperabat dan Servos vituperabat dominus berarti "si tuan menegur si budak", karena servos "budak" ada dalam kasus akusatif memperlihatkan bahwa mereka adalah objek dari tata bahasa dari kalimat dan dominus "tuan" ada dalam kasus nominatif memperlihatkan bahwa dia adalah si subjek.
Latin menggunakan morfologi untuk mengekspresikan perbedaan antara
subjek dan objek, di mana pada bahasa Inggris menggunakan urutan kata.
Contoh lain bagaimana aturan-aturan sintatis memberikan makan adalah
aturan pada urutan kata terbalik dalam pertanyaan
yang ada di banyak bahasa. Aturan ini adalah alasan kenapa dalam bahasa
Inggris, saat frasa "John is talking to Lucy" berubah menjadi sebuah
pertanyaan menjadi "Who is John talking to?" dan bukan "John is talking
to who?". Contoh terakhir bisa digunakan sebagai cara untuk menempatkan empasis khusus pada who,
dengan demikian sedikit merubah makna dari pertanyaan. Sintaks juga
mengikutkan aturan-aturan bagaimana kalimat-kalimat kompleks disusun
dengan mengelompokan kata-kata dalam unit-unit, disebut frase,
yang dapat menempati tempat berbeda dalam suatu struktur sintaktis
besar. Kalimat-kalimat dapat dijelaskan sebagai terdiri dari frase-frase
terhubung dalam sebuah struktur pohon, menghubungkan frase satu sama
lain pada tingkatan yang berbeda.
Di sebelah kanan adalah suatu representasi grafik dari analisis
sintaktis dari kalimat bahasa Inggris "the cat sat on the mat". Kalimat
tersebut dianalisa sebagai dibentuk oleh suatu frase kata benda, kata
kerja dan frase preposional; fase preposional lebih lanjut lagi dibagi
menjadi sebuah preposisi dan sebuah frase kata benda; dan frase kata
benda terdiri dari dari sebuah artikel dan sebuah kata benda.
Alasan kenapa kalimat dapat dilihat sebagai gabungan dari frase
adalah karena setiap frase akan bergerak sebagai sebuah elemen tunggal
jika operasi sintaktis diikutkan. Contohnya "the cat" adalah satu frase
dan "on the mat" adalah yang lainnya karena mereka akan dianggap sebagai
satu unit jika kita memilih menekankan lokasi dengan pindah ke depan
frase preposisi: "[And] on the mat, the cat sat".
Ada banyak perbedaan pada kerangka formalis dan fungsionalis yang
mengajukan teori-teori untuk menjelaskan struktur sintaktis, berdasarkan
asumsi-asumsi berbeda tentang apa itu bahasa dan bagaimana ia
seharusnya dijelaskan. Tiap-tiapnya akan menganalisa sebuah kalimat
seperti contoh di atas dalam makna yang berbeda.
Tipologi: universal dan diversitas
Bahasa dapat dikelompokan menurut relasi pada tipe-tipe tata-bahasa
mereka. Bahasa-bahasa yang berada pada rumpun yang berbeda terkadang
memiliki fitur-fitur yang sama, dan fitur berbagi tersebut condong
berhubungan. Contohnya, bahasa dapat dikelompokan berdasarkan urutan kata, urutan relatif dari kata kerja, dan komponen-komponennya dalam suatu kalimat indikatif normal. Dalam bahasa Inggris urutan dasar adalah SPK "Ular (S) menggigit (P) orang (O)", di mana kalimat tersebut dalam bahasa orang Australia Gamilaraay akan menjadi "duyugu nama dayn yiːy" (Ular Orang Gigit), Subjek-Objek-Predikat.
Tipe urutan kata berkaitan sebagai suatu parameter tipologis karena
dasar tipe urutan kata berhubungan dengan parameter sintaktis lainnya,
seperti urutan relatif dari kata benda dan adjektif, atau penggunaan
preposisi dari postposisi. Korelasi seperti itu disebut implikasi universal. Contohnya, kebanyakan (tapi tidak semua) bahasa yang memiliki tipe SOP memiliki postposisi bukan preposisi, dan memiliki adjektif sebelum kata benda.
Dari kajian berbagai tipe urutan kata telah ditemukan bahwa tidak
semua bahasa mengelompokan hubungan antara aktor dan aksi sebagaimana
yang bahasa Inggris lakukan pada Subjek, Objek dan Kata Kerja - tipe ini
disebut dengan tipe nominatif-akusatif. Beberapa bahasa disebut ergatif,
Gamilaraay di antaranya, membedakan antara Agen dan Pasien. Dalam
klausa transitif bahasa Inggris, kedua subjek dari kalimat intransitif
("I run") dan kalimat transitif ("I love you") diperlakukan sama,
diperlihatkan di sini oleh kata ganti nominatif I. Dalam
bahasa-bahasa ergatif partisipan tunggal dalam sebuah kalimat
intransitif seperti "I run" diperlakukan sama sebagai pasien dalam suatu
kalimat transitif -- memberikan persamaan pada "me run" dan "you love
me", hanya pada kalimat transitif persamaan kata ganti I akan digunakan.
Dengan cara ini aturan-aturan semantik dapat dipetakan ke relasi
tatabahasa dengan cara berbeda, mengelompokan sebuah subjek intransitif
baik dengan Agen (tipe akusatif) atau Pasien (tipe ergatif) atau membuat
setiap dari tiga aturan tersebut secara berbeda, yang disebut tipe tripartite.
Fitur-fitur berbagi bahasa yang termasuk pada tipe kelas tipologis
yang sama bisa muncul secara independen. Kemunculannya mereka bisa
dikarenakan hukum universal mengatur struktur dari bahasa alami --
bahasa universal -- atau mereka mungkin sebuah hasil dari bahasa-bahasa
mengembangkan solusi-solusi konvergen terhadap permasalahan komunikatif
yang muncul yang mana manusia menggunakan bahasa untuk menyelesaikannya.