Sementara semua manusa memiliki kemampuan untuk mempelajari bahasa
apapun, mereka hanya melakukan tersebut jika mereka tumbuh dalam suatu
lingkungan yang memiliki bahasa dan digunakan oleh yang lain. Bahasa
oleh karena itu bergantung pada komunitas dari pembicara di mana anak-anak mempelajari bahasa
dari orang tua dan teman, dan mereka sendiri memindahkan bahasa kepada
anak mereka. Bahasa digunakan oleh mereka yang menyuarakannya untuk komunikasi,
dan untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial. Banyak aspek dari
penggunaan bahasa dapat dilihat beradapatsi secara spesifik untuk tujuan
tersebut.
Dikarenakan cara di mana bahasa dipindahkan antara generasi dan dalam
komunitas, bahasa terus-menerus berubah, berpisah menjadi bahasa baru
atau menyatu karena kontak bahasa. Prosesnya sama dengan proses pada evolusi, di mana proses dari turunana dengan modifikasi mengarah pada formasi dari suatu pohon filogenetis.
Namun bahasa berbeda dengan organisme biologis di mana mereka siap menggabungkan elemen-elemen dari bahasa lain lewat proses difusi,
saat pembicara dari bahasa-bahasa berbeda melakukan kontak. Manusia
juga terkadang menggunakan lebih dari satu bahasa, memperoleh bahasa pertama
mereka atau bahasa saat kanak-kanak, atau mempelajari bahasa baru saat
mereka tumbuh. Karena meningkatnya kontak bahasa dalam dunia globah
banyak bahasa-bahasa kecil menjadi langka
karena si penutur berpindah ke bahasa lain yang memungkinkan mereka
berpartisipasi dalam komunitas yang lebih besar dan lebih influensial.
Penggunaan dan Makna
Kajian semantik dari makna mengasumsikan bahwa makna berada dalam
suatu relasi antara isyarat dan makna yang secara kuat terbentuk lewat
konvensi sosial. Tapi semantik tidak mempelajari bagaimana dalam
konvensi sosial tersebut dibaut dan mempengaruhi bahasa. Namun, saat
mempelajari bagaimana suatu kata dan isyarat digunakan, terkadang kata
memiliki makna berbeda bergantung kepada penggunaan pada konteks sosial.
Dan isyarat juga berubah maknanya sepanjang waktu, saat konvensi
mengatur penggunaannya secara bertahap berubah. Kajian tetang bagaimana
makna dari ekspresi linguistik berubah bergantung konteks disebut
pragmatik. Pragmatik bersangkutan dengan cara-cara di mana penggunaan
bahasa dipolakan dan bagaimana pola-pola tersebut mempengaruhi makna.
Sebagai contohnya di semua bahasa ekspresi linguistik dapat digunakan
tidak hanya untuk memindahkan informasi, tapi untuk melakukan aksi.
Aksi-aksi tertentu hanya dibentuk lewat bahasa, tapi memiliki efek
nyata. Contohnya aksi 'menamakan', yang membuat sebuah nama baru untuk
beberapa entitas, atau aksi dari 'menyebutkan seseorang suami dan istri'
yang membuat kontrak sosial dari pernikahan. Tipe-tipe dari aksi ini
disebut dengan aksi bicara, walau mereka tentu saja terbawa dalam penulisan dan isyarat tangan.
Bentuk dari ekspresi linguistik tidak berhubungan dengan makna yang
dimilikinya dalam suatu konteks sosial. Contohnya, jika pada meja makan
seseorang bertanya "bisakah anda menjangkau garam?", hal itu faktanya
bukanlah pertanyaan tentang panjang dari tangan teman yang diajak
bicara, tapi suatu permintaan untuk memberikan garam. Makna tersebut
tersirat oleh konteksi di mana ia dibicarakan, jenis dari efek dari
makna disebut implikatur konversasional.
Aturan-aturan sosial tentang bagaimana penggunaan bahasa dianggap
sesuai dalam situasi tertentu, dan bagaimana memahami pengucapan dalam
relasi terhadap konteksnya, beragam dalam komunitas, dan mempelajarinya
adalah suatu bagian besar dari memperoleh kompetensi komunikatif dalam sebuah bahasa.
Akuisisi bahasa
Semua manusia yang sehat, berkembang secara normal,
belajar menggunakan bahasa. Anak-anak memperoleh bahasa atau bahasa
yang ada disekitarnya -- bahasa manapun yang mereka terima secara penuh
selama masa kanak-kanak. Perkembangannya secara esensial sama antara
anak-anak yang mempelajari bahasa isyarat atau bahasa oral.
Proses belajar ini dikenal dengan akuisisi bahasa pertama, karena tidak
seperti pembelajaran lainnya ia tidak membutuhkan pembelajaran langsung
atau kajian secara khusus. Dalam The Descent of Man naturalis Charles Darwin menyebut proses tersebut dengan "keinginan insting untuk memperoleh suatu seni."
Akuisisi bahasa pertama berlangsung regular secara bertahap, walaupun
terdapat berbagai variasi dalam waktu untuk tingkatan-tingkatan
tertentu di antara bayi yang berkembang secara normal. Sejak lahir, bayi
merespon lebih mudah pada suara manusia daripada suara lainnya. Sekitar
umur satu bulan, bayi tampak telah dapat membedakan antara suara bicara yang berbeda. Sekitar umur enam bulan, seorang anak mulai mengoceh,
menghasilkan suara bicara dari bahasa yang digunakan disekitarnya.
Perkataan mulai muncul pada umur 12 sampai 18 bulan; rata-rata perbendaharaan kata bayi berumur 18 bulan adalah sekitar 50 kata. Pengucapan pertama anak adalah berbentuk Holofrasa
(secara harfiah "keseluruhan-kalimat"), pengucapan yang hanya
menggunakan satu kata untuk mengkomunikasikan seluruh ide. Beberapa
bulan setelah anak menghasilkan kata-kata, ia akan menghasilkan
pengucapan dengan dua-kata, dan dalam beberapa bulan lebih mulai ber-bicara telegrafis, kalimat singkat yang kurang kompleks secara tatabahasa
daripada orang dewasa bicara, tetapi memperlihatkan struktur sintaks
reguler. Pada umur tiga sampai lima tahun, kemampuan anak untuk
berbicara dan berisyarat yang halus yang hampir mirip dengan bahasa
dewasa.
Akuisisi dari bahasa kedua dan tambahan dapat berlangsung pada umur
berapapun, lewat paparan dalam hidup sehari-hari atau lewat kursus. Anak
yang mempelajari bahasa kedua lebih mungkin mendapatkan kefasihan
seperti aslinya daripada orang dewasa, tapi secara umum sangat jarang
bagi seseorang yang menggunakan bahasa kedua melewati secara penuh
penutur aslinya. Perbedaan penting antara akuisisi bahasa pertama dan
akuisisi bahasa tambahan adalah bahwa proses dari akuisisi bahasa
tambahan dipengaruhi oleh bahasa yang si pelajar telah ketahui.
Bahasa dan kultur
Bahasa, dipahami sebagai kumpulan norma-norma perkataan dari
komunitas tertentu, juga termasuk bagian dari kultur yang lebih besar
dari komunitas yang menggunakannya. Manusia menggunakan bahasa sebagai
cara memberikan sinyal identitas antara grup kultur dan perbedaan dengan
yang lainnya. Bahkan di antara pembicara dalam satu bahasa beberapa
cara berbeda dalam menggunakan bahasa masih ada, dan setiapnya digunakan
untuk memberikan sinyal pertalian antara subgrup dalam satu kultur yang
besar. Linguis dan antropologis, terutama sociolinguistic, ethnolinguists dan linguistic anthropologists telah mengkhususkan mengkaji bagaimana cara berbicara bisa berbeda antara Komunitas bicara.
Cara komunitas menggunakan bahasa adalah bagian dari kultur komunitas
tersebut, seperti praktek-praktek berbagi lainnya; ia merupakan cara
untuk menunjukkan identitas grup. Cara-cara berbicara tidak hanya untuk
berkomunikasi, tetapi juga untuk mengidentifikasikan posisi sosial dari
pembicara. Dalam banyak bahasa terdapat perbedaan gaya atau bahkan
tata-bahasa antara cara pria dan wanita berbicara. Seperti halnya
beberapa bahasa menggunakan kata-kata berbeda bergantung kepada yang
mendengarkan. Contohnya dalam bahasa Australia Dyirbal
seorang pria yang menikah harus menggunakan sekumpulan kata-kata untuk
mengacu pada benda-benda keseharian saat berbicara bila ada ibu
angkatnya.
Linguis menggunakan istilah variasi untuk mengacu pada cara-cara berbeda dalam berbicara suatu bahasa. Istilah ini mengikutkan dialek yang secara geografi atau sosialkultural dibentuk dan juga jargon atau gaya dari subkultur.
Anthropologi linguistik dan sosiologi bahasa menjelaskan gaya
komunikasi sebagai cara suatu bahasa digunakan dan dipahami dalam kultur
tertentu.
Bahasa tidak hanya berbeda dalam pengucapan, kosa kata atau
tatabahasa, tetapi juga berbeda dalam "kultur berbicara". Beberapa
kultur sebagai contohnya memiliki sistem yang rumit dalam "sosial deixis", sistem pemberian sinyal jarak sosial lewat makna linguistik.
Dalam bahasa Inggris, sosial deixis diperlihatkan biasanya lewat
perbedaan dalam memanggil orang dengan nama pertama dan yang lain dengan
nama keluarga, tetapi juga dengan gelar separti "Nyonya", "anak",
"Doktor" atau "Yang Mulia", tatapi dalam bahasa lain sistem seperti ini
bisa sangat kompleks dan dikodifikasi dalam tatabahasa dan kosa kata
dari bahasa tersebut. Misalnya, dalam beberapa bahasa di Asia timur,
seperti Thai, Burma dan jawa,
kata yang berbeda digunakan bergantung kepada apakah pembicara
berbicara kepada seseorang yang lebih tinggi atau rendah tingkatnya dari
dirinya sendiri dalam sebuah sistem tingkatan dimana binatang dan
anak-anak berada di tingkat rendah dan dewa-dewi dan anggota kerajaan
sebagai yang tertinggi.
Tulisan, literasi dan teknologi
Dalam sejarah sejumlah cara-cara berbeda dari merepresentasikan bahasa dalam media grafik telah ditemukan. Hal ini disebut sistem tulis.
Penggunaan tulisan telah membuat bahasa lebih berguna bagi manusia.
Ia membuat kita bisa menyimpan sejumlah besar informasi di luar tubuh
manusia dan menerimanya kembali, dan ia membolehkan komunikasi
antarjarak yang sebelumnya tidak mungkin. Banyak bahasa secara
konvensional memnggunakan jenis-jenis berbeda, gaya dan pencatatan dalam
bahasa tulisan dan bicara, dan dalam beberapa komunitas, tulisan secara
tradisional mengambil tempat bahasa yang berbeda daripada yang
diucapkan. Ada beberapa bukti bahwa penggunaan tulisan juga memiliki
efek pada perkembangan kognitif pada manusia, mungkin karena mempelajari
literasi secara umum membutuhkan pendidikan eksplisit dan pendidikan formal.
Penemuan sistem tulis pertama secara kasar bersamaan dengan permulaan dari Zaman Perunggu dalam akhir Neolitik dari akhir 4 milenia SM. naskah cuneiform Sumeria purba dan Hiroglif Mesir
secara umum dianggap sistem tulis paling awal, keduanya muncul dari
sistem simbol proto-literasi nenek moyang dari 3400-3200 SM dengan
tulisan koheren paling awal sekitar 2600 SM.
Secara umum disetujui bahwa tulisan Sumeria adalah suatu penemuan
independen; namun, diperdebatkan apakah tulisan orang Mesir dikembangkan
penuh secara independen oleh orang Sumeria, atau karena difusi kultural. Debat yang sama juga ada pada naskah China, yang dibuat sekitar 1200 SM. Sistem tulis Mesoamerika pra-Kolombia (termasuk di antaranya Olmec dan Naskah Maya) secara umum dipercaya memiliki asal mula yang independen.
Perubahan Bahasa
Semua bahasa berubah saat pembicara mengadopsi atau menemukan cara
baru berbicara dan menyampaikannya ke anggota lain dari komunitas
berbicara mereka. Perubahan bahasa terjadi pada semua tingkat dari
tingkat fonologis sampai pada tingkat kosa kata, morfologi, sintaks, dan
diskursus. Walaupun perubahan bahasa terkadang pada awalnya dinilai
negatif oleh pembicara dari bahasa tersebut yang sering menganggap
perubahan menjadi "merusak" atau sebagai suatu tanda penggunaan bahasa
yang salah dari normal, hal tersebut adalah alami dan tidak terelakkan.
Perubahan bisa mempengaruhi suara-suara tertentu atau seluruh sistem fonologis. Perubahan suara bisa terdiri dari penggantian dari suatu suara atau fitur fonetik
oleh yang lain, atau suara yang dipengaruhi menjadi hilang, atau bahkan
munculnya suara baru di tempat yang tadinya tidak ada. Perubahan suara
dapat dikondisikan di mana suatu suara berubah hanya jika ia
terjadi dalam daerah sekitar dari suara-suara tertentu lainnya.
Perubahan suara biasanya dianggap biasa, yang berarti ia
diharapkan untuk diterapkan secara mekanis saat kondisi strukturalnya
sesuai, terlepas dari faktor-faktor non-fonologis. Di sisi lain,
perubahan suara terkadang sporadik, mempengaruhi hanya satu kata
tertentu atau beberapa kata, tanpa ada kesamaan yang tampak. Terkadang
sebuah perubahan sederhana memicu suatu rantai pergeseran di mana seluruh sistem fonologis terpengaruhi. Hal ini terjadi pada Bahasa Germanic saat perubahan suara yang dikenal dengan Hukum Grimm mempengaruhi semua stop konsonan dalam sistem. Konsonan asli * bʰ menjadi /b/ dalam bahasa Jerman, dan yang sebelumnya * b berubah menjadi /p/ dan * p sebelumnya berubah menjadi /f/. Proses yang sama berlaku untuk semua stop konsonan dan menjelaskan kenapa Bahasa Italic seperti Latin memiliki p dalam kata seperti patar dan pisces sementara bahasa Germanic seperti Inggris memiliki fater dan fish.
Contoh lainnya adalah Pergeseran harakat besar
dalam bahasa Inggris, yang merupakan alasan kenapa pengejaan harakat
Inggris tidak berhubungan dengan pengucapannya sekarang, hal ini karena
pergeseran harakat membawa ortografi yang telah mapan keluar dari
sinkronisasi dengan pengucapannya. Sumber lain dari perubahan suara
adalah erosi dari kata-kata. Perubahan jenis ini menyebabkan Latin mea domina menjadi Prancis madame]] dan Inggris Amerika ma'am.
Perubahan juga terjadi dalam tatabahasa dari bahasa pada pola-pola diskursus seperti idiom atau konstruksi tertentu menjadi gramatikalisasi.
Hal ini sering terjadi saat kata atau morfem aus dan sistem gramatis
secara tidak sadar menyusun ulang untuk mengganti elemen yang hilang.
Sebagai contoh dalam beberapa ragam dari Spanyol Carribean di mana kata final /s/ telah menghilang. Karena Standar Spanyol menggunakan /s/ akhir adalah morfem penanda orang kedua subjek "anda" pada kata kerja, variasi Carribean sekarang harus mengekspresikan orang kedua menggunaan kata ganti tú. Hal ini berarti kalimat "Nama anda siapa" adalah ¿como te llamas? Templat:Ipa di Standar Spanyol, tapi Templat:Ipa di Spanyol Carribean. Perubahan suara sederhana telah mempengaruhi morfologi dan sintaks.
Penyebab utama lainnya dari perubahan tata-bahasa adalah kebakuan
bertahap dari idiom-idiom menjadi bentuk-bentuk tata-bahasa baru,
contohnya cara dalam bahasa Inggris konstruksi "going to" hilang aspek
penggunaannya dan dalam suatu variasi bahasa Inggris hampir menjadi
kalimat baku masa depan (yaitu I'm gonna).
Perubahan bahasa bisa disebabkan oleh faktor-faktor "internal
bahasa", seperti perubahan dalam pengucapan dimotivasi oleh suara-suara
tertentu sangat susah untuk dibedakan secara audi atau untuk diucapkan,
atau karena pola-pola tertentu dari perubahan yang menyebabkan tipe-tipe
langka tertentu dari konstruksi menjadi bergeser ke arah tipe-tipe yang lebih umum.
Penyebab lain dari perubahan bahasa adalah sosial, seperti saat
pengucapan tertentu menjadi bersifat lambang dari keanggotan dari
kelompok tertentu, seperti kelas-kelas sosial, atau dengan ideologi-ideologi,
dan oleh karenanya diadopsi oleh mereka yang ingin diidentifikasi
dengan kelompok atau ide tersebut. Dengan cara ini permasalahan
identitas dan politik bisa memiliki efek mendalam dalam struktur bahasa.
Kontak bahasa
Salah satu sumber penting dari perubahan bahasa adalah kontak antara bahasa-bahasa berbeda dan menghasilkan difusi dari sifat-sifat linguistik antara bahasa. Kontak bahasa terjadi saat pembicara dari dua atau lebih bahasa atau variasi berinteraksi secara regular. [97] Multilingualisme mungkin telah menjadi hal yang normal dalam sejarah manusia, dan sekarang kebanyakan manusia di dunia adalah multilingual. Sebelum munculnya konsep negara ethno-nasional,
monolingualisme dikarakterkan umumnya dari populasi yang menghuni
pulau-pulau kecil. Tapi dengan ideologi yang membuat satu masyarakat,
satu negara dan satu bahasa perubahan politik yang diinginkan mulai
menyebar lewat dunia. Namun hanya ada sekitar 250 negara di dunia
bersamaan dengan sekitar 6000 bahasa, jadi kebanyakan negara adalah
multilingual dan kebanyakan bahasa maka ada karena kontak dekat dengan
bahasa lainnya.
Saat pembicara dari bahasa berbeda berinteraksi secara dekat, bahasa
mereka biasanya mempengaruhi satu sama lain. Selama kontak bahasa
terjaga terus-menerus selama periode waktu yang lama sifat-sifat
linguistik bergabung antara bahasa, dan bahasa-bahasa yang tadinya dari
rumpun yang berbeda bisa menyatu menjadi lebih mirip. Dalam wilayah di
mana banyak bahasa berada pada kontak dekat hal ini bisa mengarah pada
formasi dari Wilayah bahasa
di mana bahasa yang tidak berhubungan berbagi sejumlah fitur-fitur
linguistik. Jumlah dari wilayah bahasa telah dicatat, di antaranya: Wilayah bahasa Balkan, Wilayah bahasa Mesoamerika, dan Wilayah bahasa Ethiopia. Juga wilayah besar seperti Asia Selatan, Eropa dan Asia Tenggara terkadang dianggap wilayah bahasa, karena persebaran difusi dari fitur areal tertentu.
Kontak bahasa juga bisa menyebabkan suatu variasi dari fenomena linguistik lain, termasuk konvergensi bahasa, pinjaman, dan releksifikasi
(penggantian dari kosa kata asli dengan bahasa lain). Dalam situasi
ekstrim dan terus-menerus kontak bahasa bisa menyebabkan pada formasi
dari bahasa campuran baru yang tidak dapat dianggap termasuk pada satu rummpun bahasa. Salah satu tipe dari bahasa campuran disebut pijin
terjadi saat pembicara dewasas dari dua bahasa berbeda berinteraksi
secara teratur, tapi dalam suatu situasi di mana tidak ada kelompok yang
belajar untuk berbicara bahasa dari kelompok lainnya secara fasih. Pada
kasus ini mereka terkadang akan membentuk suatu bentuk komunikasi yang
memiliki sifat-sifat dari kedua bahasa, tapi dengan tata-bahasa dan
struktur fonologis yang disederhanakan, bahasa tersebut muncul umumnya
terdiri dari kategori-kategori tata-bahasa dan fonologis seperti orang
yag memiliki bahasa lain sebagai bahasa pertamanya. Tapi jika sebuah
bahasa Pijin menjadi bahasa utama dari suatu komunitas, maka nantinya
anak-naka mereka akan tumbuh mempelajari pijin sebagai bahasa pertama
mereka. Saat generasi dari anak-anak tersebut tumbuh, pijin terkadang
akan tampak berubah strukturnya dan memperoleh tingkat kompleksitas yang
tinggi. Tipe bahasa ini disebut dengan bahasa kreol. Contoh dari bahasa campuran adalah Tok Pisin bahasa resmi dari Papua New-Guinea yang awalnya muncul sebagai Pijin berdasarkan bahasa Inggris dan Bahasa Austronesian; contoh lainnya yaitu Kreyòl ayisyen bahasa kreol berbasiskan Prancis yang digunakan di Haiti, dan Michif, bahasa campuran di Kanada, berdasarkan pada bahasa Natif Amerika Cree dan Prancis.