Tips Menulis Karangan Cerita

Langkah Pertama:
Sebagai penulis pemula, Anda sebaiknya membuat corat-coret kasar sebagai pegangan awal untuk pengembangan cerita Anda. Rekan-rekan Anda yang sudah menulis cerita lazimnya menyebut hal itusebagai kerangka cerita atau jembatan keledai. Dalam kerangka itu termuat:
1) Pokok persoalan yang akan diceritakan;
2) Tokoh yang mengalami persoalan tersebut;
3) Tempat dan waktu terjadinya peristiwa;
4) Konflik yang dialami oleh tokoh;
5) Cara tokoh menyelesaikan konflik;
6) Nasib tokoh pada akhir cerita;
7) Dan posisi Anda sebagai pencerita.
Pokok persoalan, tokoh, dan peristiwa yang diangkat dalam cerita mungkin saja berupa kejadian nyata yang Anda alami, Anda dengar, Anda Baca, ataupun Anda lihat dalam kehidupan sehari-hari yang sudah Anda samarkan, Anda tambah, Anda perkaya dengan imajinasi, sedemikian rupa sehingga sukar dibuktikan kebenarannya oleh pembaca. Tentu saja tidak semua pokok persoalan ataupun peristiwa layak diangkat menjadi sebuah cerita karena cerita yang kuat lazimnya menyajikan pokok persoalan yang unik, yang menarik untuk diceritakan, dan memberikan suatu pencerahan pada pembaca.
 
Langkah Kedua:
Tentukan bagaimana sebaiknya Anda memulai atau membuka cerita. Anda mungkin dapat memilih salah satu di antara sekian banyak cara yang sudah pernah digunakan oleh cerpenis atau novelis senior dalam membuka cerita. Misalnya:
1) Perkenalkan tokoh yangakan mengalami peristiwa dalam cerita Anda. Perkenalan ini lazimnya dibuat dalam bentuk deskripsi fisik ataupun mental sang tokoh, baik dalam bentuk uraian langsung, maupun dalam bentuk monolog ataupun dialog sang tokoh dengan tokoh lain.
2) Gambarkan lingkungan alam tempat tokoh berada.Anda dapat saja memulai cara ini dengan deskripsi cuaca, kegiatan manusia/hewan, dan sebagainya.
3) Penempatan satu peristiwa tertentu yang Anda anggap kuat atau penting dalam cerita tersebut.
 
Langkah Ketiga
Cara Anda memulai cerita akan memberi efek pada pengurutan peristiwa dalam cerita. Para analis sering menggunakan istilah alur atau plot untuk merujuk pada cara seorangpenulis mengurutkan peristiwa dalam cerita tertentu. Bila Anda memulai cerita dengan pengenalan tokoh atau lingkungan alam tempat tokoh berada lalu dilanjutkan dengan peristiwa lain secara kronologis (urut waktu kejadian), Anda menggunakan alur maju. Sebaliknya, bila Anda memulai cerita dengan peristiwa tertentu yang menjadi klimaks atau peristiwa lain yang Anda anggap kuat lalu Anda lanjutkan dengan penjelasan sebab-musababterjadinya hal itu melalui sistem sorot balik, flashback , Anda telah menggunakan alur mundur. Tapi, Anda tak perlu memikirkan apa komentar para analis. Yang penting, ambil kertas, ambil pena, buat sebuah atau beberapa buah paragraf pembuka cerita Anda.
 
Langkah Keempat:
Saat membuka cerita Anda sudah harus menentukan di mana posisi Anda sebagai penulis atau pencerita. Artinya Anda harus memilih: bermain dalam cerita Anda atau jadipenonton saja. Bila Anda ikut bermain di dalamnya, Anda sebaiknya menggunakan sudut pandang aku. Semua hal dalam cerita mengalir dari tokoh aku. Sudut pandang ini memudahkan Anda dalam memaparkan berbagai hal tentang tokoh aku , termasuk pemikirannya, perasaannya, dan sebagainya. Sebaliknya, bila Anda bertindak sebagai penonton, Anda mencoba menceritakan apa yang dapat Anda amati, Anda dengar, Anda baca tentang tokoh tertentu dalam cerita. Andaberada di luar cerita dan bertindak sebagai pelapor atau komentator. Kadang-kadang, dalam cerita-ceritayang telah terpublikasikan,pelapor atau komentator menjadi orang yang mahatahu. Ia tahu juga apa yang dirasakan, dipikirkan, dan yang terbersit dalam hati tokoh. Terserah Anda sajalah. Toh,yang punya cerita juga Anda.
 
Langkah Kelima:
Usahakan agar tokoh ceritaAnda hidup, seperti layaknya tokoh dalam dunia keseharian. Kalau tokohnya binatang atau pohon, binatang dan pohon itu mirip dengan binatang dan pohon yang Anda temukan dalam kehidupan Anda. Ia memiliki sifat-sifat kebinatangan dan kepohonan, meskipun mungkin binatang atau pohon yang Anda gambarkan itu unik, mungkin hanya ada di tempat Anda atau dalam khayalan Anda. Sebaliknya, kalau tokoh cerita Anda adalam manusia, tokoh tersebut idealnya memiliki sifat/watak seperti manusia pada umumnya. Ia memiliki sifat kemanusiaan, meski kadang Anda mungkin menggambarkan tokoh yang unik, hanya ada dalam lingkungan Anda. Karenanya, tokoh sebaiknya tergambar secara detail, baik fisik maupun mental/jiwa/perasaannya. Anda boleh saja menyebut atau menguraikan secara langsung ciri-ciri fisik ataupun perasaan tokoh Anda. Cara ini disebut cara atau teknik analitik. Namun, Anda juga dapat menghadirkan kondisi fisik, tabiat, dan perasaan tokoh Anda melalui dialog tokoh dengan dirinya sendiri, dialog antartokoh, tanggapan tokoh lain, ataupun penggambaran lingkungan tokoh. Cara ini disebut teknik dramatik. Kadang-kadang, penggambaran latar cerita dan penggunaan diksi ataukata-kata dalam dialog tokoh, seperti ungkapan-ungkapan daerah/lokal, dapat membantu memperjelas identitas dan watak tokoh Anda.
 
Langkah Keenam
Kalau Anda kehabisan kata, beristirahatlah. Kalau masih sanggup, lanjutkan cerita Anda dengan pemaragrafan peristiwa-peristiwa yang sudah Andarancang dalam tahap pertama. Ingat, sebagai sebuah refleksi realitas keseharian, usahakan peristiwa-peristiwa yang dialami oleh tokoh berlangsung dalam suatu urut waktu ataupun sebab akibat. Gunakan juga dialog ataupun monolog dalam paragraf-paragraf Anda untuk membantu menjelaskan mengapa peristiwa atau hal tertentuterjadi dan bagaimana reaksi tokoh utama atau tokoh lain terhadap peristiwa tersebut. Ingat, dialog ataupun monolog akan sangat membantu Anda dalam memperkenalkan dan mengembangkan watak tokoh dalam cerita sehingga mirip dengan realitas keseharian. Usahakan agar Anda tidak mengurut peristiwa atau memperkenalkan tokoh Anda dalam bentuk singkat kata atau singkatcerita .
 
Langkah Ketujuh:
Usahakan menjalin peristiwa yang akan diceritakan sedemian rupa sehingga menghasilkan konflik cerita. Konflik dalam cerita dapat berupa konflik antara tokoh dengan tokoh lain, konflik antara tokoh dengan dirinya sendiri, dan konflik antara tokohdengan alam atau lingkungan. Hal ini perlu karena kekuatan sebuah cerita sangat bergantung pada konflik yang dialami oleh tokoh dalam cerita. Konfliklah yang membuat pembaca menjadi hanyut, larut, ingin tahu kelanjutan, dan menghembus napas lega ataupun menangis pada akhir cerita.
 
Langkah Kedelapan:
Tutup atau akhiri cerita Anda bila peristiwa yang dirancang dalam corat-coret awal sudah habis. Jangan terburu nafsu untuk menambah peristiwa-peristiwa lain yang akan membuat ceritaAnda menjadi kepanjangan, bertele-tele. Nanti, kalau sudah bosan jadi cerpenis, buat cerita lain yang lebih panjang (novelet) atau sekalian saja dalam bentuk yang mahapanjang (novel). Sudahlah, itu perkara nanti. Sekarang buat saja paragraf penutup untuk cerita Anda. Jumlahnya boleh satu, dua, ataupun tiga paragraf. Dalam paragraf tersebut Anda dapat saja menggambarakan keberhasilan tokoh menyelesaikan konflik yang dihadapinya ( happy ending ). Atau, sebaliknya, Anda membiarkan tokoh pasrah, mati, pada akhir cerita. Kalau Anda tak dapat memilih, kasihan pada tokoh Anda, biarkan saja cerita Anda menggantung, tanpa penyelesaian, biarkan saja pembaca menjadi penasaran dan menyelesaikan sendiri cerita tersebut. Kasian deh lu!
 
Langkah Kesembilan:
Simpan dulu cerita yang sudah Anda tulis. Kalau adateman yang mau membaca karya Anda, alhamdulillah. Minta komentar sang teman setelah membaca cerita tersebut. Jangan marah kalau komentarnya tidak sesuai dengan harapan Anda. Semua komentar atau tanggapan harus Anda terima dengan hati yang lapang. Anda timbang-timbang saja semua komentar tersebut. Kalau Anda setuju dengan saran atau komentar rekanAnda, ubah saja seperlunya. Anda dapat juga melakukan evaluasi terhadap karya Anda secara mandiri. Saat rehat siang atau menjelang tidur malam, baca ulang apa yang sudah Anda tulis. Tanyakan:
1) apakah pokok persoalanyang mau kusampaikan telah tersampaikan dalam cerita ini?
2) apakah peristiwa-peristiwa yang kupilih ini mampu menyampaikan tema tersebut?
3) apakah tokoh yang kupilih cocok untuk menyampaikan tema tersebut?
4) apakah tokoh dan peristiwa dalam cerita mirip dengan realitas sehari-hari?
5) apakah kata atau bahasa yang kugunakan dalam cerita ini memikat, mudah dipahami oleh pembaca?
6) apakah, apakah, apakah,apakah? 
 
Langkah Kesepuluh:
Hasil evaluasi tersebut akan mengarahkan Anda untuk merevisi atau tidak merivisi naskah yang sudah Anda hasilkan. Bila Anda rasa tak ada lagi yang perlu direvisi, coba saja kirimkan karya Anda ke surat kabar lokal ataupun nasional. Jangan lupa berdoa agar karya Anda dimuat. Kalau tidak juga dimuat setelah Anda kirim, anggap saja “kerusakan bukan pada pesawat Anda”. Anda harus terus berkarya: menulis, menulis, dan menulis lagi. Suatu saat karya Anda pasti terpublikasikan. Yakin sajalah.
 
Langkah Kesebelas:
Banyak-banyaklah membaca. Orang bilang, “penulis yang baik adalah juga pembaca yang baik”. Kalau ingin jadi penulis yang hebat, Anda harus banyak membaca karya yang sudah ditulis oleh penulis yang hebat sebelum Anda. Lihatlah bagaimana penulis tersebut mengemas peristiwa tertentu dalam ceritanya. Lihat juga diksi/kata-kata yang digunakan, kalimatnya, dan sebagainya. Anda boleh mencontoh hal yang Anda anggap kuat. Tapi, jangan menjiplak. 
 
Menulis adalah pengungkapan isi hati, menulis adalah mengeluarkan isi pikiran kita, berbicara Jujur dengan diri kita sendiri. Sebenarnya sangat tidak mungkin bagi seseorang untuk tidak memiliki idea dalam menulis jika itu terjadi maka inilah beberapa tipsnya.
1.   Menulis apapun juga yang muncul di dalam pikiran atau jeritan hati yang tertahan, kemarahan, kebencian, cara pandang hidup, kesendirian, kesepian... menulis itu sehat untuk membuang beban dalam diri, POINT penting di sini adalah jangan mengedit atau merangkai kata-katanya... saya ingat penulis inggris terkenal ( lupa namanya ) memaksa muridnya untuk menulis terus.. tidak peduli banyak kesalahan dalam tulisan, kata-kata yang tidak nyambung dan sebagainya... menulis pada awal adalah membiarkan isi hati dan emosi mengalir... setelah semua cerita selesai barulah boleh mengeditnya. . . alasannya jika menulis sambil mengedit biasanya ideanya akan terpotong, putus dan hilang.
2.   Menulis tahap awal tidak usah takut memiliki kemiripan dengan cerita dari yang sudah pernah dibaca karena meski mirip namun segala sesuatu itu pasti ada perbedaannya, jadilah tokoh utama dalam cerita dan lakukan yang mungkin "Kamu" lakukan sebagai tokoh utamanya. Kisah percintaan itu cuma antar pria dan wanita tergantung dari setiap penulisnya maka cerita itu akan memiliki variasi tanpa batas.
3.   Menulislah saat emosi sedang tinggi atau pikiran sedang tenang, manapun itu selama kamu ingin melampiaskannya... biarkanlah pena dan jari-jarimu menari, banyak artis yang mendapatkan idea saat mabuk, saat marah, saat patah hati, saat ingin mencintai, saat kapanpun juga
4.   Menulis itu adalah membiarkan dirimu memasuki dunia yang engkau inginkan, yang ingin kamu kunjungi dan memasuki alam liar paling fantastismu, janganlah takut bermimpi besar, melakukan hal hal paling lair.. karena dunia menulis itu tanpa batas hanya di tempat ini engkau bisa bebas sepenuhnya dan bercahaya.
5.   Milikilah Hati karena menulis itu adalah bahasa perasaan bukan logika.
tanda tangan