Linguistik (IPA: /liŋ'gwistika/) adalah ilmu bahasa. Tergantung sudut pandang, pendekatan seorang peneliti, maka ilmu linguistika seringkali digolongkan pada ilmu kognitif, psikologi dan antropologi.
Pembagian bidang linguistika
Filologi berasal dari bahasa Yunani philein, "cinta" dan logos, "kata". Filologi merupakan ilmu yang mempelajari naskah-naskah manuskrip, biasanya dari zaman kuno.
Sebuah teks yang termuat dalam sebuah naskah manuskrip, terutama yang
berasal dari masa lampau, seringkali sulit untuk dipahami, tidak karena
bahasanya yang sulit, tetapi karena naskah manuskrip disalin
berulang-ulang kali. Dengan begini, naskah-naskah banyak yang memuat
kesalahan-kesalahan.
Tugas seorang filolog, nama untuk ahli filologi, ialah meneliti
naskah-naskah ini, membuat laporan tentang keadaan naskah-naskah ini,
dan menyunting teks yang ada di dalamnya.
Ilmu filologi biasanya berdampingan dengan paleografi, atau ilmu tentang tulisan pada masa lampau.
Salah seorang filolog Indonesia ternama adalah Prof. Dr. R. M. Ng. Poerbatjaraka.
Fonologi adalah ilmu tentang perbendaharaan fonem sebuah bahasa dan distribusinya.
Fonologi berbeda dengan fonetik. Fonetik mempelajari bagaimana bunyi-bunyi
fonem sebuah bahasa direalisasikan atau dilafazkan. Fonetik juga
mempelajari cara kerja organ tubuh manusia, terutama yang berhubungan
dengan penggunaan bahasa.
Terdiri dari, huruf vokal, konsonan, diftong (vokal yang ditulis
rangkap), dan kluster (konsonan yang ditulis rangkap). Fonologi terbadi
dari dua bagian, yaitu Fonetik dan Fonemik.
Fonetik adalah bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan
bunyi bahasa atau bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap
manusia. Fonemik adalah bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran
menurut fungsinya sebagai pembeda arti.
Istilah lain yang berkaitan dengan Fonologi antara lain fona, fonem,
konsonan, dan vokal. Fona adalah bunyi ujaran yang bersifat netral, atau
masih belum terbukti membedakan arti, sedang fonem ialah satuan bunyi
ujaran terkecil yang membedakan arti. Variasi fonem karena pengaruh
lingkungan yang dimasuki disebut alofon. Gambar atau lambang fonem
dinamakan huruf. Jadi fonem berbeda dengan huruf. Unluk menghasilkan
suatu bunyi atau fonem, ada tiga unsur yang penting yaitu :
1.udara, 2.artikulator atau bagian alat ucap yang bergerak, dan
3.titik artikulasi atau bagian alat ucap yang menjadi titik sentuh
artikulator. Vokal adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan
udara keluar tanpa rintangan. Konsonan adalah fonem yang dihasilkan
dengan menggerakkan udara keluar dengan rintangan, dalam hal ini yang
dimaksud dengan rintangan dalam hal ini adalah terhambatnya udara keluar
oleh adanya gerakan atau perubahan posisi artikulator .
Morfologi dipakai oleh berbagai cabang ilmu. Secara harafiah, morfologi berarti 'pengetahuan tentang bentuk' (morphos). Morfologi adalah ilmu bahasa yang mempelajari mengenai pembentukan kata. Berikut beberapa ilmu yang menggunakan nama morfologi:
- Morfologi (linguistik), ilmu yang mempelajari tentang morfem-morfem dalam bahasa.
- Morfologi (biologi), ilmu yang mempelajari tentang bentuk organisme, terutama hewan dan tumbuhan dan mencakup bagian-bagiannya.
- Geomorfologi, ilmu yang mempelajari tentang batuan dan bentuk luar bumi.
Dalam linguistik, sintaksis (dari Yunani Kuno: συν- syn-, "bersama", dan τάξις táxis, "pengaturan") adalah ilmu mengenai prinsip dan peraturan untuk membuat kalimat dalam bahasa alami. Selain aturan ini, kata sintaksis
juga digunakan untuk merujuk langsung pada peraturan dan prinsip yang
mencakup struktur kalimat dalam bahasa apapun, sebagaimana "sintaksis Irlandia Modern."
Penelitian modern dalam sintaks bertujuan untuk menjelaskan bahasa dalam aturan ini. Banyak pakar sintaksis berusaha menemukan aturan umum yang diterapkan pada setiap bahasa alami. Kata sintaksis juga kadang digunakan untuk merujuk pada aturan yang mengatur sistem matematika, seperti logika, bahasa formal buatan, dan bahasa pemrograman komputer.
Karya mengenai tata bahasa telah ditulis jauh sebelum sintaksis modern datang; Aṣṭādhyāyī dari Pāṇini sering disebut sebagai contoh karya pra-modern yang menyebutkan teori sintaksis modern. Di Barat, penggunaan pikiran yang kemudian dikenal sebagai "tata bahasa tradisional" berawal dari karya Dionysius Thrax.
Selama berabad-abad, karya mengenai sintaksis didominasi oleh suatu kerangka kerja yang dikenal sebagai grammaire générale, pertama dijelaskan tahun 160 oleh Antoine Arnauld
dalam buku dengan nama yang sama. Sistem ini mengambil dasar pikirnya
berupa anggapan bahwa bahasa adalah refleksi langsung dari proses
pemikiran dan karena itu ada sebuah cara yang alami untuk
mengekspresikan pikiran. Cara itu, secara kebetulan, adalah cara yang
sama yang diekspresikan dalam bahasa Perancis.
Tetapi, dalam abad ke-19, dengan pengembangan ilmu bahasa perbandingan sejarah,
para pakar bahasa mulai menyadari keragaman bahasa manusia, dan
mempertanyakan anggapan dasar mengenai hubungan antara bahasa dan
logika. Mulai jelas bahwa tidak ada cara yang paling alami untuk
mengekspresikan pikiran, dan logika tak bisa lagi dijadikan sebagai
dasar untuk mempelajari struktur bahasa.
Tata bahasa Port-Royal membuat pembelajaran sintaksis terhadap logika (memang, sebagian besar Port-Royal Logic disalin atau diadaptasi dari Grammaire générale).
Kategori sintaksis diidentifikasikan dengan kategori logika, dan semua
kalimat diteliti dalam struktur "Subyek - Penghubung - Predikat".
Awalnya, pandangan ini diadopsi oleh pakar bahasa perbandingan awal
seperti Franz Bopp.
Peran penting sintaksis dalam ilmu bahasa teoritis menjadi lebih
jelas pada abad ke-20, sehingga dijuluki "abad teori sintaksis" karena
ilmu bahasa juga dilibatkan. Untuk survei yang lebih mendetil dan jelas
mengenai sejarah sintaksis dalam dua abad terakhir, lihat karya
monumental oleh Graffi (2001).
Semantik (dari Bahasa Yunani: semantikos, memberikan tanda, penting, dari kata sema, tanda) adalah cabang linguistik yang mempelajari arti/makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Dengan kata lain, Semantik adalah pembelajaran tentang makna. Semantik biasanya dikaitkan dengan dua aspek lain: sintaksis, pembentukan simbol kompleks dari simbol yang lebih sederhana, serta pragmatika, penggunaan praktis simbol oleh komunitas pada konteks tertentu.